Pabrikan elektronik Xiaomi mematenkan desain smart masker atau masker pintar. Pembaruan ini diakibatkan oleh taraf mutu udara kian menjadi buruk dan masih menularnya virus Corona. Pengajuan itu disetujui oleh USPTO, United States Patent and Trademark Office pada Selasa tanggal 18 Februari 2020 lalu.
Berdasarkan patennya, Xiaomi smart mask didesain selaku masker pintar yang dirancang dengan 4 modul berlainan yang akan membuat unit komputasi tertanam. Masker itu mempunyai prosesor tersendiri yang akan menghitung seluruh data pengguna dan setelah itu akan disimpan di dalam satu buah modul memori.
Xiaomi smart mask bisa jadi tidak menjaga secara langsung dari virus Corona, namun masker ini bisa dipakai buat mengukur mutu udara yang dihirup oleh penggunanya. Tidak hanya itu, masker ini dilengkapi dengan beberapa sensor, seperti giroskop dan akselerometer yang bisa memonitor tiap-tiap gerakan pengguna. Menariknya lagi, masker pintar produk pabrikan elektronik dari Cina itu sanggup mengukur kapasitas paru-paru, dalam prosesnya bertambah ataupun menyusut.
Masker ini juga mempunyai fitur yang sanggup melacak gangguan kesehatan yang ada pada tubuh penggunanya menurut aktifitas bernapas. Data pengguna bakalan direkam dan dikumpulkan, umpamanya durasi pemakaian masker, banyaknya polusi yang diisap, ataupun intensitas pernapasan. Data-data itu bakalan disimpan dalam memori internal yang terpasang di dalam masker dan bisa diakses lewat aplikasi ponsel pintar dengan cara nirkabel, baik lewat infrared, bluetooth, ataupun NFC (Near Field Communication).
Smart mask ini pun bisa dihubungkan dengan aplikasi seluler yang memperlihatkan seluruh data secara real-time kepada penggunanya lewat teknologi sensor. Tidak cuma dapat mengetahui beberapa masalah kesehatan pengguna, masker pintar ini pun memberikan kemungkinan pemecahan masalah terhadap permasalahan itu, seperti menganjurkan metode pernapasan yang lebih sehat dan lain sebagainya.
